(foto: Antara)
FASTA Jakarta, 9/10/2023. Jakarta, Sebanyak 7.307 titik panas tercatat tersebar di wilayah Indonesia dengan peningkatan signifikan dibanding data tanggal serupa pada 2022.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Laksmi Dewanti mengatakan peningkatan yang cukup besar ini dikarenakan efek fenomena El Nino yang melanda Indonesia hingga sekarang.
"Kami sampaikan kalau kita bandingkan kondisi hotspot 7 Oktober tahun 2023 ini dengan kondisi pada tahun 2022, memang berdasarkan [satelit] TERRA/AQUA atau NASA dengan level confidence yang tinggi, terdapat 7.307 titik," ujar Laksmi dalam konferensi pers di Gedung KLHK, Jakarta Pusat, Sabtu (7/10).
Peningkatan titik panas yang terjadi di Indonesia ini meningkat tujuh kali lipat dibandingkan periode yang serupa di tahun lalu.
"Dengan periode yang sama pada tahun 2022 lalu, jumlah hotspot-nya sebesar 1.139. Jadi memang ada peningkatan yang signifikan. Ini juga pengaruh karena kondisi kering dan efek El Nino yang kita rasakan sekarang," lanjutnya.
Pemantauan hotspot panas ini dimaksudkan untuki pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Juga digunakan untuk menyelidiki adanya titik api atau firespot.
Keberadaan data hotspot ini sangat membantu KLHK menemukan firespot yang menjadi titik karhutla.
Laksmi juga menegaskan firespot di berbagai wilayah rawan karhutla masih terus ditangani KLHK dengan pihak-pihak terkait.
"Kami juga sudah mengetahui tren firespot [karena] tidak semua hotspot itu adalah firespot dan kami terus melakukan patroli di lapangan untuk menangani upaya tersebut" tutur Laksmi.
Laksmi kemudian mengungkapkan kondisi udara terkini menurut data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) per hari ini, hanya terdapat dua titik wilayah yang masih dalam kategori bahaya dan sangat tidak sehat.
Kedua titik itu berada di Provinsi Sumatra Selatan serta Kalimantan Tengah. Provinsi Sumsel saat ini masih dalam kategori berbahaya, sementara Kalteng berstatus sangat tidak sehat.