Tpz9TfW7BUO8GpdpTUzoGfz7TA==

Ekstrakurikuler Pecinta Alam, Bukan Lagi Tempat Kekerasan


Ekskul Pecinta Alam di SMA memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa: disiplin, tangguh, dan peduli lingkungan. Namun, citra positif ini sempat tercoreng akibat kasus perundungan yang muncul di beberapa sekolah. Banyak pihak menilai pola pendidikan keras sering kali kebablasan menjadi tindakan kekerasan.

Sejak terbitnya Pergub DKI Jakarta No. 179 Tahun 2015, beberapa sekolah bahkan menutup kegiatan ini. Namun, regulasi terbaru melalui Pergub No. 56 Tahun 2019 kembali membuka peluang pembinaan ekstrakurikuler dengan lebih sehat dan berkarakter.


Rebranding menjadi kunci. Ekskul Pecinta Alam perlu menata ulang komunikasi dan citra, agar kembali dipercaya sebagai ruang pengembangan diri yang positif. Strategi yang bisa dilakukan antara lain:

✅ Menegakkan kode etik pecinta alam sebagai pedoman.

✅ Membuat SOP kegiatan untuk mencegah penyimpangan.

✅ Membangun komunikasi dua arah antara siswa, guru, orang tua, dan alumni.

✅ Menampilkan aktivitas positif melalui media sekolah dan digital.


Dengan pendekatan baru ini, Pecinta Alam tidak lagi identik dengan perundungan, tetapi hadir sebagai wadah pembinaan kepemimpinan, solidaritas, dan kecintaan pada alam. Rebranding bukan sekadar memperbaiki nama baik, melainkan mengembalikan jati diri sejati: membentuk generasi muda yang kuat, berkarakter, dan peduli terhadap lingkungan serta sesama.

T144PS

Komentar0

Type above and press Enter to search.